Rabu, 05 Maret 2008

hem


Tembakan-tembakan roket pejuang Palestina sebagai balasan agresi militer Israel ke Jalur Ghaza, membuat rejim Zionis makin kewalahan dan berang. Tak tanggung-tanggung, rejim Zionis menyatakan akan menjadikan Jalur Ghaza sebagai ladang "holocaust yang lebih besar."
Pernyataan itu dilontarkan Deputi Menteri Pertahanan Israel. Matan Vilnai seperti disiarkan Radio Militer Israel, Jumat (29/2). "Makin banyak roket Qassam yang ditembakkan dan roket-roket itu mampu mencapai jarak yang makin panjang. Rakyat Palestina telah membawa diri mereka sendiri ke dalam holocaust yang lebih besar, karena kami akan menggunakan semua kemampuan kami untuk mempertahankan diri, " kata Vilnai.
Rejim Israel hari Jumat kemarin masih terus melakukan pembantaian terhadap warga Jalur Ghaza dengan melakukan empat kali serangan udara. Serangan Zionis ke kota Jabaliya, melukai empat orang termasuk dua anak-anak berusia lima dan enam tahun. Dengan demikian, selama dua hari serangan berturut-turut, pesawat-pesawat pembunuh Israel jenis F-16 dan helikopter jenis Apache buatan AS, telah menewaskan 32 warga Ghaza, di antarannya lima anak-anak dan seorang bayi.
Sejumlah komentator mengomentari ancaman yang dilontarkan deputi menteri pertahanan Israel. Mereka menyatakan, baru kali ini seorang pejabat Israel menggunakan kata "shoah", bahasa Ibrani untuk kata Holocaust, mengingat kata ini merupakan kata yang sensitif bagi Israel karena mengingatkan mereka pada peristiwa pembunuhan dan eksekusi orang-orang Yahudi oleh pasukan Nazi Jerman.
Lebih lanjut Vilnai mengatakan bahwa Israel sudah mulai kehabisan kesabaran untuk tidak melancarkan operasi darat besar-besaran ke Jalur Ghaza, sesulit apapun dan meski akan menghabiskan biaya yang besar.
"Kami tidak punya pilihan. Kami tak akan malu untuk melakukan tindakan apapun untuk memaksa para pejuang Palestina menghentikan tembakan roketnya, " tukasnya.
Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan, untuk mendapatkan dukungan atas rencananya menggelar agresi besar-besaran ke Jalur Ghaza, hari Jumat kemarin, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak sudah mengirimkan surat rahasia pada sejumlah pemimpin dunia, termasuk Menlu AS Condoleezza Rice.
Masih menurut Yedioth Ahronoth, Israel juga sudah melakukan persiapan perang di wilayah utara Ghaza dengan mengerahkan tank-tanknya, persenjataan artileri, pasukan infanteri dan korps teknisinya.
Di sisi lain, ketua Partai Meretz-partai sayap kiri di Israel- Yossi Beilin menyatakan menentang rencana serangan massif Israel ke Jalur Ghaza. Ia menyarankan agar Israel melakukan gencatan senjata dengan Hamas. "Setidaknya, dalam dua kesempatan, Hamas pernah menawarkan gencatan senjata dengan Israel melalui pihak ketiga, " kata Beilin.
Saran Beilin sejalan dengan hasil survei yang dilakukan harian Haaretz dan dirilis Rabu kemarin. Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas warga Israel berharap agar pemerintah mereka melakukan pembicaraan langsung dengan Hamas untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Ghaza, dan untuk membebaskan prajurit Israel Gilad Shalit yang hingga kini masih ditawan pejuang Palestina. (ln/iol)
(eramuslim)

Tidak ada komentar: